HarianNusa, Mataram – Sepuluh ribu (10.000) hektar lahan Pertanian Produktif di NTB menyusut (berkurang). Sebelumnya jumlah lahan produktif di Nusa Tenggara Barat sebesat 270 ribu Hektare menjadi 260 ribu Ha.
“Ada penyusutan sepuluh ribu lebih,” ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Fathul Gani, kemarin di Mataram,
Penyebab utama penyusutan lahan pertanian produktif tersebut, kata Gani, karena makin meluasnya lahan permukiman dampak dari penambahan jumlah penduduk di setiap kabupaten kota.
“Penyusutan yang masif itu di pulau Lombok. Semua kabupaten kota termasuk di kabupaten Bima juga iya. Tapi tidak semasif di pulau Lombok,” ungkap Mantan Kadis Ketahanan Pangan NTB itu.
Diakui Gani penyusutan lahan pertanian produktif ini cukup mengkhawatirkan terutama dari target produksi padi setiap tahun. Pihaknya hanya bisa berharap perluasan permukiman warga tidak serta merta mengurangi lahan produktif yang ada.
“Kita rekomendasikan untuk lahan pemukiman adalah lahan lahan yang kurang produktif. Hanya itu yang bisa diarahkan,” paparnya.
Jika pun terpaksa mengambil lahan produktif setidaknya kepala daerah di masing-masing kabupaten kota supaya menyiapkan pengganti. Minimal sama kuantitas produksi dari lahan yang dipakai yang dijadikan pemukiman.
“Kita harus berpikir untuk generasi selanjutnya kita meninggalkan sesuatu yang baik,” terangnya.
Keberadaan NTB sebagai daerah lumbung pangan nasional harus terus dipertahankan. Beruntungnya ada proses penyadaran setiap pimpinan daerah betapa pentingnya mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan itu.
Meski terjadi penyusutan, produksi padi tidak berkurang. Tahun 2022 lalu NTB berhasil memproduksi 1,3 juta ton gabah trenggiling. Jumlah tersebut jika disetarakan dengan beras sebesar 900 ribu ton. Sementara jumlah konsumsi beras masyarakat NTB sebanyak 600 ribu ton. Sehingga ada surplus beras 300 ribu ton.
“Inilah yang diapresiasi pusat, NTB mampu mempertahankan swasembada pangan dan sebagai penopang pangan nasional ditengah semakin menyusutnya lahan pertanian,” ujarnya.
Mantan Kadis Ketahan Pangan NTB itu mengatakan sebagai ikhtiar mempertahankan target produksi, pihaknya akan mendorong pola tanam lebih banyak lagi. Jika semula Petani menanam sekali maka dalam satu tahun harus dua kali. Jika dua kali maka harus bertanam tiga kali dan seterusnya.
“Kami dinas teknis melakukan semacam intensitas bagaiman pola tanam bisa nambah,” pungkasnya. (03)