Guardiola Bukan Pusing karena Kekalahan, tapi Punya Banyak Pemain Bintang

Guardiola Santai Meski Kalah, karena Skuad Dipenuhi Bintang

garisberita.com – Pep Guardiola dikenal sebagai sosok kepala pelatih yang selalu tenang di tengah badai. Setelah dilansir sempat kehilangan performa musim lalu dan menelan beberapa kekalahan beruntun, ia tetap percaya diri karena punya banyak pemain bintang meski belum semua tersedia.

Menurut Reuters, usai membuka musim Premier League dengan kemenangan telak 4–0 atas Wolves, Guardiola menyebut satu kemenangan bukan jaminan City sudah “kembali” ke level terbaiknya. Ia juga menyebut skuadnya terlalu besar, dan hal itu bisa mengganggu atmosfer tim jika tidak diatur dengan bijak.

Dia juga memberikan pujian untuk para pemain baru seperti Tijjani Reijnders dan Rayan Cherki, yang langsung memberi dampak positif saat debut, sambil menyadari bahwa absennya pemain penting seperti Rodri, Foden, dan De Bruyne membuat rekrutmen jadi kebutuhan mendesak.

Guardiola juga menekankan bahwa meski memiliki banyak pemain berkualitas, timnya belum seimbang. Karena itu, ia menegaskan pentingnya menata ulang skuad agar tidak terlalu besar—sebuah refleksi strategis yang jauh dari ketegangan karena kekalahan.

Banyak Bintang, Tuntutan Tinggi, dan Keseimbangan Skuad

Saat banyak pemain hebat tersedia, tantangannya bukan soal siapa yang main, tapi bagaimana mengatur egos dan waktu bermain dengan adil. Guardiola menyadari betul bahwa “too much” juga tidak sehat untuk moral tim.

Musim lalu jadi bukti nyata. Kebanyakan skuat tidak menjamin performa maksimal. Guardiola bahkan menyampaikan bahwa finis di posisi ketiga Premier League dan gagal meraih gelar bisa jadi pelajaran berharga tentang ketangguhan dan pertumbuhan dari kegagalan.

Tidak heran ia terus menekankan aspek mawas diri dan konsistensi—bukan fokus pada hasil instan, tapi membangun pondasi kuat. Seperti yang dia katakan, “kesuksesan adalah seberapa sering kamu bangkit setelah jatuh.”

Reaksi dan Strategi Saat Kekalahan Tak Bikin Pusing

Jauh sebelum hasil musim baru, Guardiola juga pernah menunjukkan ketenangan saat alami lima kekalahan beruntun—pertama kali sepanjang kariernya di Inggris. Ia meminta tim untuk stick together dan fokus di laga berikutnya, bukan larut dalam kepanikan.

Saat krisis musim sebelumnya, meski sempat dikritik media dan suporter, Guardiola tetap mendukung pemainnya dan melihat periode itu justru sebagai momen membentuk mental juara. Pendekatan inilah yang membuatnya tetap tenang, karena ia tahu kualitas timnya tetap mumpuni.

Dia juga pernah mengungkap bahwa meski punya banyak pemain legenda, tantangannya justru meredam ego lewat disiplin dan profesionalisme—sebuah keahlian manajerial yang langka dan sangat dibutuhkan dalam skuad elite.

Penutup Reflektif

Guardiola bukan pusing karena kekalahan—ia justru “buka mata” bahwa punya banyak pemain bintang. Tantangannya kini bukan soal siapa main, tapi bagaimana memanajemennya. Dia memilih membangun lagi momentum musim lalu lewat keseimbangan, ketenangan, dan pemanfaatan bintang yang tersedia.

Ringkasnya

  • Pep santai meski ada kekalahan: percaya pada kualitas “bintang”-nya.

  • Keseimbangan skuad jadi fokus utama di tengah banyak pemain hebat.

  • Krisis atau tidak, manajer sekelas Guardiola memilih bangkit dengan strategi panjang dan disiplin—bukan panik.