Mata Uang Asia ‘Kebakaran’: Rupiah Paling Parah, Ini Penyebab dan Dampaknya
garisberita.com – Jakarta, 19 Agustus 2025 – Nilai tukar rupiah melemah cukup tajam, menjadi yang paling parah di antara mata uang Asia. Kondisi ini jadi tanda waspada bagi pasar keuangan dan investor. Yuk kupas tuntas apa penyebabnya, sejauh mana dampaknya, dan langkah apa yang bisa diharapkan dari otoritas.
Fakta Pelemahan Rupiah: Terparah di Asia Tahun Ini
Pagi ini dilaporkan bahwa mayoritas mata uang Asia kembali mengalami pelemahan terhadap dolar AS, di mana rupiah menjadi yang paling parah terdepresiasi.
Data Reuters mencatat, investor mulai menarik modal dari aset Asia—termasuk rupiah—karena ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonominya, meski dollar tetap menguat. Sementara di awal tahun, rubah rupiah termasuk paling lemah karena kekhawatiran atas kebijakan fiskal serta ketidakseimbangan neraca, memicu intervensi BI.
Faktor Global dan Lokal yang Picu Pelemahan
Tekanan Global: Penguatan dolar AS menempatkan rupiah di bawah tekanan berat, bersama won Korea hingga peso Filipina, karena arus modal beralih ke aset yang dianggap lebih aman di tengah naiknya imbal hasil AS.
Kebijakan Domestik: Kekhawatiran investor terhadap kebijakan fiskal Presiden dan defisit yang meningkat pun ikut membebani. Rupiah sempat menyentuh titik terlemah sejak krisis 1998—masih jadi ingatan panjang.
Bank Indonesia sempat turun tangan lewat intervensi di pasar spot, non-deliverable forward (NDF), dan obligasi untuk meredam volatilitas.
Dampak Pelemahan Rupiah pada Ekonomi Indonesia
1. Impor dan Inflasi: Pelemahan rupiah membuat impor bahan baku jadi lebih mahal. Bagi negara konsumen seperti Indonesia, ini berpotensi mendorong inflasi.
2. Utang Valas: Pemerintah dan BUMN dengan pinjaman dalam dolar bakal menghadapi beban pembayaran yang lebih tinggi, memperberat APBN.
3. Investor Asing: Yeild gap dan valuasi membuat investor asing was-was. Jika tren negatif berlanjut, potensi capital outflow meningkat signifikan—mirip tanda “currency defense war” di Asia.
Penutup
Kesimpulan Penting: Rupiah Di Tengah Krisis Kepercayaan Global
-
Mata uang Asia memang mengalami tekanan, tapi rupiah menjadi yang paling merosot.
-
Sentimen global serta kecepatan pengalihan modal menjadi pemicu utama, ditambah kekhawatiran atas kebijakan fiskal domestik.
-
BI sudah sigap intervensi, tapi pemulihan juga bergantung pada perbaikan kepercayaan pasar.
Harapan untuk Stabilitas dan Rebound Rupiah
Semoga Bank Indonesia bisa terus menjaga stabilitas lewat kebijakan yang terukur dan transparan. Pemerintah juga diharapkan memperbaiki sinyal fiskal agar kepercayaan investor kembali pulih. Yang terpenting: transparansi komunikasi bisa jadi penyelamat utama dalam situasi seperti ini.