Puan Kenakan Pakaian Adat Minangkabau Saat HUT ke‑80 RI, Simbol Kebanggaan Budaya

Penampilan Anggun: Puan Maharani Kenakan Pakaian Adat Minangkabau

garisberita.com – Pada momen bersejarah detik-detik Proklamasi HUT ke‑80 RI di Istana Merdeka, Jakarta, Ketua DPR RI Puan Maharani tampil memesona dengan mengenakan pakaian adat Minangkabau — Bundo Kanduang. Busana tradisional itu terdiri dari baju kurung berwarna merah dipadu selendang dan sarung bermotif earth tone (detik.com, merdeka.com).

Paduannya makin lengkap dengan hiasan kepala yang dikenal sebagai Tingkolok (juga disebut Tengkolok), yang berbentuk bercabang menyerupai tanduk kerbau. Ini adalah simbol khas perempuan sebagai pemilik rumah gadang. Penampilannya semakin elegan dengan aksesori perhiasan seperti kalung dan anting khas Minang.

Puan tampil duduk di podium utama bersama Presiden Prabowo Subianto yang mengenakan pakaian adat Betawi. Ia menyampaikan pesan menghidupkan semangat gotong royong sebagai kekuatan utama bangsa dalam momentum kemerdekaan ke-80. “Dirgahayu ke-80 Republik Indonesia… semoga semangat kemerdekaan senantiasa menjadi landasan kebijakan yang berpihak pada rakyat…” ujarnya dalam keterangan tertulis usai upacara.

Filosofi Bundo Kanduang: Simbol Kebesaran Perempuan dan Identitas Budaya

Pakaian adat Bundo Kanduang berasal dari Sumatera Barat, terutama dari daerah Lintau, Tanah Datar. Busana ini umumnya dikenakan oleh perempuan dewasa atau yang telah menikah dan merupakan simbol kemuliaan serta peran penting wanita sebagai pemelihara keluarga.

Tingkolok (penutup kepala) yang dipakai Puan merupakan bagian dari warisan budaya yang sarat makna. Di masyarakat Minangkabau, pakaian ini menunjukkan kedaerahan sang pemakai dan identitas perempuan dengan akar yang kuat pada kultural matrilineal. Seorang wanita Minang tetap memakai adat asalnya meski menikah, sebagai simbol kebhinekaan budaya dan kebanggaan diri.

Wagub Sumbar (2021) bahkan menyampaikan rasa bangganya atas sikap Puan yang mengenakannya, menyebut sang Ketua DPR “terlihat makin cantik dengan busana tersebut” dan menyambutnya sebagai wujud penghormatan pada budaya Minang dan warisan leluhur seperti ayahnya, Taufiq Kiemas.

Pesan Budaya dalam Balutan Nasionalisme

Aksi Puan mengenakan pakaian adat Minangkabau saat upacara kenegaraan bukan sekadar estetika, tapi juga pesan mendalam bahwa kemerdekaan Indonesia harus dicerminkan oleh keberagaman dan kebhinnekaan. Ia mengutip Trisakti Bung Karno: “Negeri yang merdeka ini tidak hanya harus berdaulat secara politik dan berdikari secara ekonomi, tetapi juga berkepribadian dalam budayanya” .

Penampilannya bukan hanya simbol keluarga beragam budaya (keturunan Minang melalui Taufiq Kiemas), tetapi juga dorongan agar perempuan tampil sigap dan memiliki identitas nasional yang dihormati. Dalam konteks HUT ke‑80 RI, ini jadi simbol optimisme: merdeka penuh dengan jati diri budaya dan keberagaman yang saling menghormati.

Media nasional seperti Liputan6 menyebut bahwa penampilan ini mencerminkan pentingnya mengenang akar budaya, serta mengajak masyarakat untuk melihat budaya sebagai bagian dari pembangunan karakter bangsa ke depan.

Penutup Reflektif

Puan pakai pakaian adat Minangkabau di upacara HUT ke‑80 RI adalah momen simbolis yang menyentuh: ia menyatukan patriotisme dan budaya, warisan nenek moyang dan identitas modern. Busana tradisional bukan sekadar kain, tapi representasi bahwa kemerdekaan itu merdeka dalam budaya dan semangat bersama.

Ringkasnya

  • Puan tampil anggun dengan baju adat Bundo Kanduang lengkap Tingkolok saat detik-detik Proklamasi.

  • Busana ini menyimbolkan kemuliaan perempuan Minang dan kecintaan Puan pada akar budaya.

  • Penampilannya kirim pesan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah merdeka yang berpegang teguh pada budaya dan kebhinekaan.