RAPBN 2026 Fokus pada MBG, Mutu Pendidikan Terancam Terabaikan

Lonjakan Anggaran MBG di RAPBN 2026: Strategi Besar yang Menggerus Porsi Pendidikan?

garisberita.com – Pemerintah mengalokasikan anggaran yang sangat besar untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), yaitu sebesar Rp 335 triliun dalam RAPBN 2026. Angka ini naik jauh dibanding tahun sebelumnya yang hanya sekitar Rp 71 triliun. Tujuannya mulia: penuhi nutrisi optimal untuk 82,9 juta penerima manfaat yang terdiri dari siswa, ibu hamil, dan balita di seluruh pelosok negeri.

Namun, lonjakan anggaran sebesar ini juga menimbulkan kekhawatiran publik: apakah dengan anggaran pendidikan yang sudah sangat besar—Rp 757,8 triliun, rekor tertinggi dalam sejarah—sector mutu pendidikan seperti peningkatan kualitas guru dan infrastruktur sekolah tetap mendapat perhatian serius?

RAPBN 2026 dan Anggaran Pendidikan: Besar Tapi Berenang di Antara Gelombang MBG?

Anggaran pendidikan dialokasikan sebesar Rp 757,8 triliun—mencakup 20% APBN, mencakup beasiswa, tunjangan guru, serta fasilitas sekolah dan pendidikan tinggi. Namun, hampir 44% dari alokasi pendidikan justru digunakan untuk program MBG, bukan langsung ke sektor inti pendidikan seperti guru dan infrastruktur.

Hasilnya, meski jumlahnya besar, anggaran pendidikan mungkin terasa tidak cukup untuk melaksanakan reformasi kurikulum, revitalisasi sekolah, peningkatan kompetensi guru, sampai akses teknologi baru — yang merupakan kebutuhan mendesak untuk tingkatkan mutu pendidikan.

Apakah Fokus pada MBG Mengabaikan Pendidikan Berkualitas?

Tentu program MBG memiliki urgensi sosial dan kesehatan, terutama sebagai strategi pengentasan stunting dan pelipatgandaan ekonomi lokal melalui pemberdayaan UMKM dan petani. Namun, kualitas pendidikan adalah pondasi jangka panjang negara. Tanpa guru berkualitas, kurikulum adaptif, dan fasilitas memadai, generasi unggul hanya akan jadi jargon.

Terlebih, membantu guru mencapai kualifikasi D4/S1 memang ditingkatkan, tetapi harus dibarengi dengan kompetensi nyata pengajaran dan kompensasi layak untuk memastikan mutu tak hanya formalitas. Ujung-ujungnya, menyeimbangkan kebutuhan gizi dan pendidikan menjadi tantangan besar di satu anggaran yang terbatas.

Analisis Fokus Anggaran: Efek Jangka Pendek vs Jangka Panjang

Jangka pendek, MBG memang kritikal: turunkan stunting, percepat kesehatan generasi, dan manfaat ekonomi lokal bisa terasa cepat. Namun dampak jangka panjang seperti kemampuan literasi, kesiapan vokasi, dan daya saing global butuh investasi pendidikan konsisten dan intens.

Dengan menggerus persentase besar anggaran pendidikan untuk MBG, pemerintah berisiko menunda reformasi kurikulum berbasis STEM, revitalisasi sekolah, dan beasiswa akademik. Ini bisa memperlambat transformasi SDM yang dibutuhkan dalam dekade mendatang.

Kritik Publik & Rekomendasi Penguatan Mutu Pendidikan

Beberapa warganet bahkan mengkhawatirkan ketimpangan ini. Ada yang menyebut “nasib guru dan sekolah di daerah terluar bisa tercerabut karena dana disedot MBG saja,” mengingat kompleksitas perbaikan mutu jauh lebih mahal dan lambat efeknya dibanding satu porsi makan bergizi.

Rekomendasi:

  1. Alokasi anggaran pendidikan harus lebih proporsional bagi sektor inti seperti guru dan teknologi pembelajaran.

  2. Monitoring ketat terhadap pelaksanaan MBG dan dampaknya agar bisa diukur bukan hanya secara gizi, tapi juga pendidikan.

  3. Pendekatan holistik: integrasi MBG dengan program pendidikan, misalnya fasilitas makan bergizi di sekolah unggulan atau pesantren berbasis kualitas.

Penutup Reflektif

Alokasi RAPBN 2026 fokus MBG memang konkret dan ambisius dalam perbaikan gizi nasional. Namun, menjaga keseimbangan dengan mutu pendidikan adalah investasi paling krusial jangka panjang. Tanpa dua-duanya berjalan seimbang, generasi unggul tadi hanya mimpi yang ditopang nutrisi tanpa kompetensi.

Ringkasnya

RAPBN 2026 fokus MBG, tapi jangan lupa: mutu pendidikan jangan terabaikan. Besarnya anggaran MBG idealnya diiringi dukungan nyata terhadap guru, kurikulum, dan infrastruktur sekolah. Karena masa depan bangsa ditentukan bukan hanya sehat, tapi juga cerdas dan terampil.