Saham BBCA, BMRI & BBNI Kompak Anjlok Saat IHSG Dibuka Merah: Analisis Lengkap

Pembukaan IHSG Merah & Penurunan Saham BBCA, BMRI, BBNI Secara Serentak

garisberita.com – Pasar modal Indonesia langsung lesu saat IHSG dibuka merah — turun sekitar 3,31% ke level 7.571 pada pagi hari Senin (1/9/2025). Pelemahan ini menahan semangat sebagian besar investor untuk melakukan aktivitas beli di awal sesi.

Salah satu dampak paling kentara adalah pelemahan tajam pada saham-saham perbankan besar. BBCA awalnya turun 1,55% ke Rp 7.950, BMRI turun 2,96% ke Rp 4.590, dan BBNI melemah 2,74% ke Rp 4.250 per saham. Penurunan ini juga sejalan dengan transaksi di segmen perbankan lainnya seperti BBRI dan BBTN yang juga ikut merah.

Selain itu, data dari Bloomberg juga mendukung tren pelemahan ini. Hal tersebut mencerminkan adanya tekanan sistemik di sektor keuangan, yang ditandai dengan aksi jual asing dan memudarnya sentimen politik dalam negeri — khususnya di tengah demo mahasiswa dan pekerja soal kebijakan publik.

Latar Belakang Penurunan dan Sentimen Global-Domestik

Menurut analis David Kurniawan dari Indo Premier Sekuritas (IPOT), sebenarnya arus modal asing sempat positif pekan sebelumnya. Namun, ketidakpastian politik dalam negeri, terutama terkait demonstrasi dan kebijakan DPR, akhirnya menggoyahkan kepercayaan investor.

Di sisi global, sentimen pasar juga terbebani. Upaya Presiden AS memecat Gubernur The Fed memicu keraguan soal independensi bank sentral dan berimbas menurunnya aliran modal ke ekuitas global. Sebagai efeknya, harga emas spot justru mencetak rekor tertinggi, mencerminkan investor mencari safe haven.

Secara teknikal, penurunan IHSG dan saham perbankan ini menunjukkan adanya reaksi domif terhadap ketertutupan terhadap risiko — baik dari sisi politik maupun makroekonomi global. Inflasi, laporan ekonomi, hingga kebijakan BI Rate menambah variabel ketidakpastian di pasar domestik.

Respon Analis & Prospek Bank Nasional di Tengah Krisis

Analis Maximilianus Nicodemus dari Pilarmas Investindo menyoroti bahwa meski ada tekanan, fondasi sektor perbankan nasional relatif kuat. Bank-bank besar memiliki basis nasabah solid dan mendapat dukungan dari tren kebijakan moneter yang longgar, termasuk potensi pemangkasan BI Rate kuartal IV.

Prasetya Gunadi dari Samuel Sekuritas Indonesia menambahkan bahwa aksi jual asing memicu sentimen risk-off yang lebih besar ke saham perbankan karena bobotnya yang signifikan di IHSG — membuat sektor ini jadi paling rentan jika kondisi politik makin memburuk.

Jadi, saat tekanan politik dan sosial sedang tinggi, investor cenderung menghindar dari sektor keuangan walau secara fundamental masih cukup tangguh.

Strategi & Outlook Ke Depan

Dalam jangka pendek, pelaku pasar kemungkinan masih akan berhati-hati. Indeks akan sangat ditentukan oleh jalannya demo, respons pemerintah, dan pernyataan otoritas seperti BI, OJK, hingga BEI. Bila ada intervensi untuk menjaga stabilitas atau klarifikasi kebijakan, IHSG bisa mulai stabil kembali.

Meski begitu, investor jangka menengah bisa melihat ini sebagai peluang: bank besar dengan fundamental kuat dan suku bunga rendah biasanya pulih lebih cepat saat sentimen membaik. Namun tetap perlu monitor kondisi politik dan aliran dana asing yang bisa berubah cepat.

Bagi strategi trading, waspadai level support teknikal di Rp 7.900—8.000 untuk BBCA; Rp 4.500 untuk BMRI; dan Rp 4.200–4.300 untuk BBNI. Sinyal pulih bisa datang dari stabilisasi IHSG dan penguatan sentimen domestik, seperti publikasi data ekonomi, kebijakan fiskal, atau penguatan kepercayaan konsumen.

Penutup

IHSG Bisa Pulih, Asalkan Stabilitas Politik Dipulihkan

Penurunan tajam IHSG di awal pekan ini memang memicu kekhawatiran. Namun, jika ketidakpastian politik mereda dan otoritas memberi sinyal positif, aksi jual bisa mereda. Ini juga peluang kaya untuk investors oportunistik.

Pesan Akhir: Saham BBCA BMRI BBNI Kompak Anjlok Saat IHSG Dibuka Merah — Investasi Harus Tetap Rasional

Intinya, saham BBCA, BMRI, dan BBNI yang kompak menurun saat IHSG dibuka merah mencerminkan gejolak sentimen—bukan hancurnya fundamental. Investor harus tetap rasional, memosisikan strategi defensif sambil memantau peluang rebound.