Tren Traveling Generasi Z 2025: Backpacker Digital, Sustainable Trip, dan Social Media Journey

tren traveling generasi z

Pendahuluan

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini mendominasi segmen wisatawan global. Tahun 2025, mereka berusia antara 13 hingga 28 tahun, kelompok usia yang sangat aktif bepergian. Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z memiliki karakter unik: digital native, peduli lingkungan, lebih suka pengalaman autentik, dan gemar berbagi di media sosial.

Tren traveling generasi Z 2025 mencerminkan perubahan besar dalam industri pariwisata dunia. Bagi mereka, liburan bukan sekadar rekreasi, tetapi juga cara untuk mengekspresikan identitas, memperluas jejaring sosial, dan menciptakan konten digital. Artikel ini akan membahas mendalam bagaimana pola perjalanan Gen Z berkembang di tahun 2025: dari backpacker digital, sustainable trip, social media journey, hingga pengaruh teknologi terhadap preferensi mereka.


Karakteristik Traveling Generasi Z

Digital Native Traveler

Gen Z tumbuh bersama internet, smartphone, dan media sosial. Mereka terbiasa mengakses informasi cepat, membandingkan harga tiket dalam hitungan detik, dan memesan hotel melalui aplikasi. Saat bepergian, mereka mengandalkan Google Maps, TripAdvisor, TikTok Travel, hingga platform booking seperti Traveloka dan Booking.com.

Bagi mereka, perjalanan tanpa internet sama dengan kehilangan arah. WiFi gratis, koneksi 5G, hingga powerbank menjadi kebutuhan utama dalam perjalanan. Inilah alasan banyak destinasi wisata menyiapkan infrastruktur digital agar tetap menarik bagi Gen Z.

Pengalaman Autentik

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin lebih menyukai paket tur mewah, Gen Z lebih tertarik pada pengalaman autentik. Mereka ingin merasakan kehidupan lokal, menginap di homestay, mencoba makanan tradisional, hingga ikut serta dalam kegiatan budaya. Bagi Gen Z, pengalaman personal lebih berharga daripada sekadar foto di destinasi populer.

Peduli Lingkungan

Generasi ini memiliki kesadaran tinggi terhadap isu lingkungan. Mereka lebih memilih eco-tourism dan sustainable travel. Misalnya, memilih hotel ramah lingkungan, menggunakan transportasi umum, dan menghindari destinasi yang terlalu ramai (over-tourism).

Budget Traveler

Meski suka jalan-jalan, sebagian besar Gen Z masih berada di usia produktif awal atau mahasiswa. Oleh karena itu, mereka cenderung menjadi budget traveler. Konsep backpacking, mencari tiket promo, hingga berbagi biaya perjalanan dengan teman sangat populer di kalangan mereka.


Tren Traveling Generasi Z 2025

Backpacker Digital

Backpacking tetap menjadi pilihan utama Gen Z, tetapi kini dengan dukungan digital. Mereka menggunakan aplikasi untuk mencari rute termurah, hostel terbaik, dan rekomendasi hidden gem.

Travel vlog dan TikTok Travel menjadi panduan utama mereka. Banyak Gen Z yang mengandalkan review dari sesama backpacker ketimbang brosur resmi. Perjalanan murah meriah tapi tetap terkoneksi dengan internet adalah gaya hidup yang mendefinisikan backpacker digital.

Sustainable Trip

Konsep sustainable trip menjadi tren besar. Gen Z tidak hanya mencari kesenangan pribadi, tetapi juga ingin berkontribusi positif pada destinasi yang mereka kunjungi.

Beberapa bentuknya:

  • Ikut program volunteer di desa wisata.

  • Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

  • Menginap di eco-lodge atau glamping ramah lingkungan.

  • Mendukung produk lokal dengan membeli kerajinan tangan.

Bagi mereka, traveling bukan hanya soal eksplorasi, tapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Social Media Journey

Perjalanan Gen Z tidak bisa dilepaskan dari media sosial. Bagi mereka, setiap perjalanan adalah konten. Foto Instagrammable, video TikTok, hingga vlog YouTube menjadi bagian penting dari pengalaman traveling.

Bahkan, destinasi wisata kini sering menyesuaikan diri dengan kebutuhan konten digital. Spot foto unik, instalasi seni, hingga kafe estetik disiapkan untuk menarik wisatawan Gen Z.

Namun, tidak semua tentang pamer. Banyak Gen Z juga menggunakan media sosial untuk berbagi informasi bermanfaat, seperti tips perjalanan, rekomendasi hidden gem, hingga edukasi tentang eco-travel.

Solo Traveling

Fenomena solo traveling semakin populer di kalangan Gen Z. Mereka lebih percaya diri melakukan perjalanan sendiri, terutama karena dukungan teknologi yang memudahkan. Solo traveling dianggap cara terbaik untuk mengenal diri sendiri sekaligus menjalin pertemanan baru di destinasi.


Teknologi dalam Traveling Gen Z

Aplikasi Travel Super App

Super app menjadi pusat kendali perjalanan Gen Z. Mulai dari tiket pesawat, penginapan, transportasi lokal, hingga itinerary, semuanya bisa diakses dalam satu aplikasi. Beberapa aplikasi bahkan terintegrasi dengan AI yang bisa menyarankan destinasi sesuai preferensi pengguna.

Virtual Reality dan Augmented Reality

Sebelum bepergian, Gen Z bisa mencoba pengalaman virtual destinasi lewat VR. Saat tiba di lokasi, AR membantu mereka memahami sejarah tempat, rute, hingga rekomendasi restoran terdekat.

Wearable Technology

Jam tangan pintar dan gelang kesehatan menjadi perangkat wajib. Mereka membantu mengukur langkah kaki, detak jantung, hingga memantau kondisi tubuh selama traveling.

AI Travel Assistant

AI digunakan untuk menyusun itinerary otomatis. Gen Z cukup memasukkan preferensi (budget, durasi, jenis wisata), lalu AI menyusun rencana perjalanan lengkap dengan estimasi biaya.


Destinasi Favorit Gen Z 2025

Bali dan Lombok

Tetap jadi primadona, terutama karena kombinasi wisata alam, budaya, dan fasilitas digital nomad.

Jepang dan Korea Selatan

Populer karena budaya pop (anime, K-pop, drama Korea) yang memengaruhi gaya hidup Gen Z.

Eropa Timur

Negara-negara seperti Hungaria, Polandia, dan Republik Ceko diminati karena biaya relatif murah dan keindahan arsitektur klasik.

Hidden Gem Nusantara

Generasi Z suka mengeksplorasi destinasi baru di Indonesia seperti Labuan Bajo, Raja Ampat, Wakatobi, hingga Sumba.


Tantangan Traveling Generasi Z

Budget Terbatas

Meski kreatif mencari cara hemat, biaya perjalanan tetap menjadi kendala. Tiket pesawat internasional masih cukup mahal.

Over-Tourism

Beberapa destinasi populer mulai kewalahan dengan lonjakan wisatawan, sehingga kualitas pengalaman menurun.

Keamanan Digital

Ketergantungan pada internet membuat mereka rentan terhadap pencurian data, penipuan online, dan serangan siber.

Keseimbangan Konten dan Pengalaman

Banyak Gen Z terjebak pada keinginan membuat konten sehingga lupa menikmati momen perjalanan. Hal ini bisa mengurangi esensi traveling itu sendiri.


Dampak Tren Gen Z pada Industri Pariwisata

Industri pariwisata global beradaptasi dengan tren ini.

  • Hotel dan hostel menyediakan fasilitas WiFi super cepat.

  • Destinasi wisata menyediakan spot Instagrammable.

  • Agen travel menawarkan paket eco-tourism.

  • Restoran menyiapkan menu lokal ramah lingkungan.

Industri yang gagal memahami tren Gen Z akan tertinggal.


Masa Depan Traveling Generasi Z

Beberapa prediksi tren masa depan:

  • Traveling berbasis metaverse: wisata virtual yang semakin realistis.

  • Green passport: dokumen perjalanan khusus wisatawan eco-friendly.

  • Hyper-personalized travel: rencana perjalanan berbasis DNA dan kepribadian.

  • Space tourism: meski mahal, Gen Z paling tertarik mencoba wisata luar angkasa.


Penutup

Kesimpulan
Tren traveling generasi Z 2025 ditandai dengan backpacker digital, sustainable trip, dan social media journey. Karakter digital native, peduli lingkungan, dan haus pengalaman autentik membuat Gen Z mengubah wajah industri pariwisata global.

Rekomendasi Aksi

  • Industri pariwisata harus menyesuaikan layanan dengan kebutuhan digital Gen Z.

  • Pemerintah mendorong destinasi ramah lingkungan.

  • Wisatawan Gen Z menjaga keseimbangan antara konten dan pengalaman nyata.


Referensi